Jumat, 21 Oktober 2022

BATU GONG & BENTENG EGE, KABUPATEN SABU RAIJUA-NTT

 

Kabupaten Sabu Raijua merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang memililki cukup banyak situs budaya. Salah satunya Batu Gong dan Benteng Ege yang terletak diwilayah Kecamatan Sabu Liae. Akses jalan menuju Liae sendiri belum begitu bagus, namun masih bisa di akses. Sebelum memulai perjalanan, pastikan kondisi kendaraan dan bahan bakar  karena cukup sulit menemukan bengkel atau penjual bensin disini. Pertama kali mengenal situs ini lewat postingan dari salah satu putra daerah Sabu di Facebook.

Batu Gong dan Benteng Ege letaknya bersebelahan dan memiliki keterkaitan satu sama lain. Batu Gong sendiri merupakan satu area bebatuan yang dikelilingi oleh semacam pagar dari batu juga. Batu-batu beragam ukuran dan bentuk ini berbeda dengan batu pada umumnya, karena saat dipukul akan mengelurkan bunyi seperti alat music gong yang biasanya terbuat dari logam. Dahulu, saat pemerintahan Raja Manu Riwu diwilayah Adat Liae sering terjadi perang tanding antar masyarakat wilayah Adat Liae dan dengan wilayah Adat Dimu yang dalam bahasa setempat disebut “ Pemuhu Kabal’la”. Sang Raja berinisiatif untuk membangun benteng pertahanan guna menghalau serangan musuh baik dari darat maupun lewat laut.

Raja meminta bantuan dari orang sakti bernama Lado Djami yang memiliki hubungan erat dengan Raja Laut Selatan bernama Laki Lu untuk membangun benteng. Benteng ini dibangun oleh Pasukan Raja Laut hanya dalam waktu semalam yang dimulai dengan pemukulan batu gong sebagai pertanda material dikumpulkan untuk pengerjaan yang dimulai pukul 24.00. Batu gong kemabali dibunyikan pagi hari saat ayam berkokok, sebagai pertanda pembangunan harus diakhiri. Benteng sendiri terbuat dari batu alam dengan ketinggian sekitar dua meter membentuk pagar batu. Terdapat pepohonan dan satu rumah adat “ Tada Bara “ untuk melakukan ritual Buihi. Tak jauh dari sini terdapat pantai berpasir putih dengan gulungan ombak yang cocok untuk berselancar bernama “ Uba Happu “.

Benteng ini juga digunakan saat jaman penjajahan sebagai benteng saat Indonesia ditempati oleh Pasukan Inggris tahun 1811-1816 dibawa komando Gubernur Jendral Thomas Tafor Laves. Saat itulah benteng ini mendapat sebutan “ Benteng Ege “. Benteng ini kembali ditempati oleh Belanda sebagai benteng pertahanan, mereka membangun Pos jaga dan tempat peletakan meriam.











1 komentar:

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search