Destinasi
wisata di daerah ini mulai dikenal seiring dengan populernya gunung Fatuleu, dimana adanya bukit batu
cukup tinggi yang menawarkan panorama alam perbukitan dan bentangan garis
pantai selatan yang menakjubkan. Buruknya akses jalan menjadi penghalang bagi
cukup banyak orang untuk mengunjungi dan mengeksplor lebih banyak keindahan
alam. Namun, dengan hadirnya akses jalan sepanjang 5 kilometer dari Radar
hingga garis pantai memudahkan para traveler untuk mengeskplor lebih banyak
keindahan yang belum terjamah dan terekspos, salah satunya wilayah pantai selatan
yang memanjakan mata. Berawal dari salah satu postingan teman, saya memutuskan
untuk mengeksplor wilayah ini, dengan target pantai dengan karang bolong setelah
Teres. Perjalanan kali ini saya mulai dari Kota Kupang menuju arah timur pulau
Timor menuju daerah Pasar Oesao, selanjutnya belok kanan tepat di Pos Polisi
menuju arah Oekabiti.
Ada
yang berbeda dengan akses jalan menuju Oekabiti, dimana saat terakhir kali
melewati daerah di bulan Agustus 2020, jalannya masih beralaskan sertu tanah
putih dan berabu. Namun bagian ini sekarang sudah beraspal, bahkan sedang ada
pengerjaan pom bensin yang tentu akan semakin menunjang akomodasi dan
transportasi. Berhubung saya berkunjung saat musim penghujan, sepanjang jalan
pandangan saya sering teralihkan dengan keindahan panorama yang beberapa kali
memaksa saya untuk berhenti sejenak untuk mengambil gambar. Saat tiba disalah
satu gereja, ambil jalan belok kanan menuju arah Kota Bes, jangan ambil jalur
lurus karena jalur itu akan membawa anda menuju air terjun Tesbatan. Saat
memasuki wilayah Kota Bes sempat berpapasan dengan beberapa mobil pickup yang
menjadi alat transportasi di daerah ini. Anda akan melewati gapura yang
sebagian tulisannya sudah tak lengkap pertanda anda memasuki wilayah Taman
Hutan Raya (Tahura) Prof. Ir Herman Johanis. Jalan disini cukup sempit dengan
beberapa tikungan serta pada titik tertentu berlubang jadi harus berhati-hati.
Suasana
tenang, asri, dan udara yang sejuk memaksa saya untuk berhenti sejenak untuk
menikmati suara alam dan kicauan burung sembari mengambil beberapa gambar. Perjalalan
dilanjutkan dengang melewati wilayah Kantor Camat, Puskesmas, Pasar,
selanjutnya belok kiri menuju Radar. Belok kanan mengintari radar dengan jalan
beraspal mulus yang cukup lebar sekitar 10 menit, membawa saya tiba disalah
satu destinasi bernama Fatu Braun. Tempat ini sudah mulai ditata dengan
penataan wilayah parkir, fasilitas pendukung seperti toilet dan lopo dibagian
bawah, tangga naik, serta beberapa lopo dibagian puncak. Kembali saya memacu
kendaraan melewati jalan bersapal mulus menuju pantai, saat tiba akan ada
pilihan menuju arah kiri pantai teres dan kanan menuju Amarasi Barat. Saya
mengambil arah kanan menuju pantai Teres dengan jalan pada beberapa bagian tak
beraspal, bahkan ada sekitar dua aliran sungai kecil yang harus disebrangi
namun masih tergolong aman untuk kendaraan roda dua dan empat. Sempat mampir
dan mengambil gambar pada beberapa spot pantai Teres untuk melengkapi tulisan
saya, maklum saat awal berkunjung di tahun 2013, belum memiliki dokumentasi
yang cukup baik.
Sesudah
pantai Teres, anda akan melewati jalanan cukup sepi dengan hanya ada beberapa
rumah sederhana beratapkan daun yang tak terlihat penghuninya. Terdapat
beberapa titik jalan tak beraspal, dan berlumpur yang mengharuskan anda untuk
extra hati-hati. Pohon Lamtoro akan sering anda jumpai sepanjang perjalanan.
Minimnya petunjuk menuju karang bolong, membuat saya harus berhenti sejenak
pada salah satu rumah yang kebetulan terlihat penghuninya untuk bertanya,
sayangnya mereka juga tak mengetahui keberadaan tempat yang saya cari. Tak berhenti,
saya kembali memacu si supra untuk melewati tanjakan pertama yang cukup tinggi.
Dari sini tersaji panorama panti selatan dengan bentangan alam perbukitan yang
mirip sekali dengan tanjakan pantai Kolbano di Kabupaten TTS, hanya saja
tanjakan ini tak begitu terjal. Intuisi
ini memaksa untuk berhenti dan mengambil gambar pada salah satu pantai yang
bagian kirinya berdiri kokoh batuan karang yang menjorok, sementara dibagian
kanan terdapat satu rumah warga yang berpenghuni. Selanjutnya jalanan menajak
kedua sekitar 100 meter dari pemberhentian sebelumnya. Intuisi ini menuntun
saya memarkir kendaraan dan berjalan kaki menuju pinggir pantai. Setelah
berjalan sekitar 2-3 menit mata saya langsung diperhadapkan dengan karang
bolong yang menjadi tujuan utama.
Berjalan
kaki sepanjang tebing karang yang sebagian besar berwarna coklat kemerahan
dengan hempasan ombak yang sangat kencang saya lakukan sebelum mengambil gambar
pada bagian utama. Karang berlubang ini nampak tak begitu kokoh, dengan lubang
yang tak telalu luas, namun tetap menakjubkan. Mengambil gambar dari sisi kiri
akan terlihat lebih menarik dibanding dari sisi kanan. Terdapat beberapa pohon yang berguna sebagai
tempat berteduh sambil menyaksikan karya agung sang Pencipta. Saat berkunjung,
air sedang pasang sehingga tak sempat turun ke bagian bibir pantainya. Sekitar
200 meter arah kiri, terdapat hamparan pasir putih kecoklatan.
Setelah
puas menjelajah dan mengambil gambar, sempat terbersit untuk menjelajah semakin
jauh, sayangnya bahan bakar kendaraan sudah minim memaksa saya untuk kembali.
Jalanan disini sangat sepi, tak satu kendaraan atau orang yang saya jumpai
untuk menanyakan informasi tentang pantai ini. Namun, setelah melihat di google
earth tempat ini termasuk dalam wilayah Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Pulau
Timor, Nusa Tenggara Timur. Tips untuk berkunjung sebaiknya menggunakan
kendaraan roda dua, dan pastikan motor anda dalam kondisi baik sebab tak ada
bengkel. Isi bahan bakar full saat dari Radar, sebab akan sulit untuk
mendapatkan bahan bakar setelahnya. Jangan lupa membawa bekal dan juga pastikan
sampah dibawah kembali agar keindahan alam tetap terjaga.
LET'S VISIT AND KEEP CLEAN !!!!
Follow MY IG :
Posting Komentar