Minggu, 04 April 2021

SAWAH LABA-LABA " SPIDERWEB RICE FIELDS', KABUPATEN MANGGARAI, NUSA TENGGARA TIMUR, INDONESIA

 

Selain untuk menanam padi, sawah juga sarat akan nuansa santai berlatar pemadangan alam nan memukau. Di Nusa Tenggara Timur, terdapat area persawahan yang memiliki keunikan tersendiri, konon hanya satu-satunya didunia. Keunikannya ada pada bentuk sawah menyerupai jarring-jaring laba-laba yang dalam bahasa local disebut Lodok. Bentuk demikian memiliki keterkaitan dengan pengelolaan lahan adat yang system pembagiannya disebut “lingko” dilakukan oleh ketua adat. Sistem pembagian sawah leluhur ini dilakukan secara terpusat dimana titik nolnya berada ditengah, polanya dengan menarik garis panjang dari titik tengah atau “lodok” hingga kebidang terluar atau “cicing” mengikuti pola sarang laba-laba dimana bagian dalam kecil dan keluarnya semakin lebar.

Kewenangan untuk membagi lahan dilaukan oleh Tu’a Teno atau Ketua Adat yang diawali dengan ritual adat Tente atau menancapkan kayu pada titik episentrum lodok. Dalam ritual ini pembagiannya dianggab sah secara adat saat darah kambing ditumpahkan diatas kayu “Teno” yang ditancapkan pada titik episentrum. Bagian swah yang terluas biasanya didapat oleh Tua Adat dan Tua Gelo atau Tua Kampung. Pembagiannya diprioritaskan  bagi petinggi kampung beserta keluarganya yang diikuti oleh warga biasa dari suku barulah warga diluar suku. Warga luar juga bisa memiliki lahan ini dengan cara meminta pada Tetua Kampung, dengan membawa seekor ayam jantan dan arak dan disahkan oleh siding dewan kampung yang dipimpin oleh Tu’a Golo dan Tu’a Teno. Sistem pembagian ini dikembangkan sejak Raja Aleksander Baruk memimpin tahun 1931-1945.

Tedapat beberepa lokasi yang menggunakan system pembagian demikian, namun yang paling populer dan banyak dikunjungi adalah di Desa Cancar, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Letaknya sekitar balasan kilometer bagian barat kota Ruteng atau sekitar 50 menit berkendaraan, sementara jika dari Labuan Bajo jaraknya sekitar 100 km menuju arah timur. Berada dipinggir jalan Trans Flores, namun tak terlihat dari pinggir jalan, kita harus masuk terlebih dahulu sekitar beberapa ratus meter lalu menapaki anak tangga dengan sudut kemiringan 30 derajat. Tiket masuknya Rp. 10.000/orang, dimana terdapat sejumlah fasilitas pendukung seperti toilet, dan penjual souvenir berupa kain tenun. Area persawahan ini akan nampak hijau saat musim penghujan antara bulan Desember-April dan akan menguning sekitar bulan Mei hingga Juni.







LET'S VISIT AND KEEP CLEAN !!!!

Follow MY IG :

Nyonggalang

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search