Rabu, 15 Desember 2021

ISTANA RAJA LARANTUKA, KABUPATEN FLORES TIMUR-NTT

 

Jika berbicara tentang sejarah, Indonesia pernah memiliki beberapa kerjaan yang cukup terkenal, bahkan turut berpengaruh dalam hal penyebaran agama. Kerajaan di Nusantara dikenal berbasis Hindu, Budha dan Islam, tapi taukah anda ada juga yang berbasis Kristen Katolik yang kurang dikenal dan terkesan terlupakan. Kerajaan berbasis Katolik ini berada di Propinsi Nusa Tenggara Timur, diujung timur Pulau Flores, tepatnya di Kabupaten Flores Timur, Larantuka. Berdiri pada abad 17 setelah Majapahit runtuh dan bangsa eropa mulai masuk ke Indonesia. Bukti keberadaannya hingga saat ini masih ada, berupa bangunan Istana Larantuka atau yang disebut juga dengan nama Istana Ile Mandiri. Dibangun pada tahun1887 oleh Raja Don Lorenzo yang memimpin dari tahun 1887 hingga 1910 dekat taman doa. Namun, bangunan ini dibom oleh tentara Jepang, kemudian dibangun kembali tahun 1937 dilokasi yang berbeda, namun tak jauh dari lokasi pertama tepatnya Kelurahan Pohon Sirih, sebelah selatan jalan Trans Flores, seberang taman doa.

Bangunan bergaya eropa ini, memiliki panjang 20 meter, lebar 15 meter dan tingggi 8 meter. Didalam kompleks ini ada juga beberapa rumah yang dihuni oleh keturunan raja. Disekitar istana terdapat pepohan seperti mangga dan asam yang menghadirkan suasana asri dan sejuk. Bagian depan istana sebelah kiri terdapat satu meriam dan satu altar berbentuk meja dari batu ceper yang digunakan untuk menaruh sesajian saat upacara adat yang disebut Nuba. Bangunan ini terdiri atas 4 kamar, satu ruang keluarga, dan satu ruang tamu. Pada bagian belakang terdapat paviliun dengan dua kamar, istana hanya dibuka saat ada pengunjung. Saat Raja Don Lorenzo mangkat, ditempati oleh Ratu Dona Martina Kinena Ximenes da Silva yang kemudian wafat ditahun 2013. Terakhir ditempati oleh Desak Maderai istri dari anak raja, Don Yohanes Servus. Saat ini bangunan tak lagi berpenghuni, namun tetap dijaga.

Hampir semua bagian bangunan masih terjaga keaslinnya, hanya bagian atap dan plafon yang sudah mengalami renovasi akibat gempa tahun 1992. Atap yang awalnya dari genteng telah diganti dengan atap seng, semnetara bagian plafon yang terbuat dari campuran asbes dan almunium yang didatangkan dari Jawa telah diganti dengan triplek. Sementara bagian lain, seperti tembok, lantai, pintu, kaca dan kayu masih tetap asli. Di ruang tamu terdapat poster Ratu Dona yang cukup besar, sementara dibagian lain terdapat sejumlah foto. Istana ini banyak dikunjungi oleh para pelancong terutama saat prosesi Samana Santa.











Dokumentasi, Desember 2021

PATUHI PROKES COVID-19

LET'S VISIT AND KEEP CLEAN !!!!

Follow MY IG : Nyonggalang



Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search