Jika
berbicara tentang sejarah, Indonesia pernah memiliki beberapa kerjaan yang
cukup terkenal, bahkan turut berpengaruh dalam hal penyebaran agama. Kerajaan
di Nusantara dikenal berbasis Hindu, Budha dan Islam, tapi taukah anda ada juga
yang berbasis Kristen Katolik yang kurang dikenal dan terkesan terlupakan.
Kerajaan berbasis Katolik ini berada di Propinsi Nusa Tenggara Timur, diujung
timur Pulau Flores, tepatnya di Kabupaten Flores Timur, Larantuka. Berdiri pada
abad 17 setelah Majapahit runtuh dan bangsa eropa mulai masuk ke Indonesia. Bukti
keberadaannya hingga saat ini masih ada, berupa bangunan Istana Larantuka atau
yang disebut juga dengan nama Istana Ile Mandiri. Dibangun pada tahun1887 oleh
Raja Don Lorenzo yang memimpin dari tahun 1887 hingga 1910 dekat taman doa.
Namun, bangunan ini dibom oleh tentara Jepang, kemudian dibangun kembali tahun
1937 dilokasi yang berbeda, namun tak jauh dari lokasi pertama tepatnya
Kelurahan Pohon Sirih, sebelah selatan jalan Trans Flores, seberang taman doa.
Bangunan
bergaya eropa ini, memiliki panjang 20 meter, lebar 15 meter dan tingggi 8
meter. Didalam kompleks ini ada juga beberapa rumah yang dihuni oleh keturunan
raja. Disekitar istana terdapat pepohan seperti mangga dan asam yang
menghadirkan suasana asri dan sejuk. Bagian depan istana sebelah kiri terdapat
satu meriam dan satu altar berbentuk meja dari batu ceper yang digunakan untuk
menaruh sesajian saat upacara adat yang disebut Nuba. Bangunan ini terdiri atas
4 kamar, satu ruang keluarga, dan satu ruang tamu. Pada bagian belakang
terdapat paviliun dengan dua kamar, istana hanya dibuka saat ada pengunjung.
Saat Raja Don Lorenzo mangkat, ditempati oleh Ratu Dona Martina Kinena Ximenes
da Silva yang kemudian wafat ditahun 2013. Terakhir ditempati oleh Desak
Maderai istri dari anak raja, Don Yohanes Servus. Saat ini bangunan tak lagi
berpenghuni, namun tetap dijaga.
Hampir
semua bagian bangunan masih terjaga keaslinnya, hanya bagian atap dan plafon
yang sudah mengalami renovasi akibat gempa tahun 1992. Atap yang awalnya dari
genteng telah diganti dengan atap seng, semnetara bagian plafon yang terbuat
dari campuran asbes dan almunium yang didatangkan dari Jawa telah diganti
dengan triplek. Sementara bagian lain, seperti tembok, lantai, pintu, kaca dan
kayu masih tetap asli. Di ruang tamu terdapat poster Ratu Dona yang cukup
besar, sementara dibagian lain terdapat sejumlah foto. Istana ini banyak
dikunjungi oleh para pelancong terutama saat prosesi Samana Santa.
Dokumentasi, Desember 2021
PATUHI PROKES COVID-19
LET'S VISIT AND KEEP CLEAN !!!!
Follow MY IG : Nyonggalang
Posting Komentar