Sabtu, 04 September 2021

GUA LIE MABALA, KABUPATEN SABU RAIJUA-NTT

 

Secara geografis pulau Sabu terletak diantara Pulau Sumba dan Rote. Pulau ini termasuk dalam wialyah Kabupaten Sabu Raijua. Pulau ini pernah disinggahi oleh penemu benua Australia, James Cook pada tahun 1770. Pulau Sabu sendiri mulai dikenal sejak salah satu Objek Wisatanya bukit warna-warni “Kelabba Madja” menjadi juara Anugerah Pesona Indonesia Kategori Surga Tersembunyi Terpopuler pada tahun 2018. Semenjak itu, banyak sekali pelacong baik local maupun luar NTT yang berdatangan untuk melihat langsung objek ini. Belakangan hadir lagi satu objek wisata yang populer di media soaial, yakni Gua Lie Mabala.

Menurut cerita, Gua ini dihuni oleh orang sakti di Pulau Sabu, namun semenjak di adakannya Festival Kelabba Madja, objek ini ditata dan dibuka untuk umum. Pada bagian atas terdapat pepohonan beringin yang akarnya menjalar, tak kalah menarik untuk dijadikan objek foto. Mulut gua cukup terbuka dan tersedia akses untuk turun berupa tangga dari kayu. Ukuran gua cukup luas, terbuka, dan tidak pengap karena terdapat beberapa lubang pada bagian atas gua. Dinding gua memiliki corak warna-warni, ditambah hadirnya batuan mirip menhir menambah keindahan. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah siang hari pada pukul 11.00-13.30 WITA karena saat itu cahaya matahari menerobos masuk dari atas gua sehingga kita dapat mengambil gambar seolah diterpa cahaya dari surga.

Letaknya di Desa Eimau, Kecamatan Sabu Tengah yang dapat di akses dengan menggunakan kendaraan pribadi roda dua atau empat sekitar 30 menit dari Kota Seba, akses jalan dari Kota beraspal mulus. Cabang masuknya dapat ditandai dengan adanya tower pada sisi kiri jalan dengan adanya gapura. Dari cabang masuk jalannya berupa sertu tanah putih, ambil jalan lurus terus hingga menemukan papan nama Gua. Bagi yang membawa kendaraan roda empat sebaiknya parkir disini, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati track sekitar 500 meter untuk mencapai mulut gua. Namun, jika mmenggunakan kendaraan roda dua bisa langsung parkir disekitar mulut gua.

Tesedia faslitas berupa lopo untuk berteduh serta tempat sampah. Ada juga toilet namun, terkesan tak terurus. Jika berkunjung diluar hari sabtu, minggu atau hari libur, sebaiknya menghubungi penjaga terlebih dahulu, karena pintu masuk gua digembok. Tak ada penjual makanan dan minuman jadi pastikan anda sudah menyiapkannya.

Untuk akses menuju Pulau Sabu sendiri dapat menggunakan akses laut atau udara. Akses Udara dengan menggunakan pesawat Dimonim Air dari Kota Kupang, Rote Ndao, atau Waingapu, Sumba Timur. Harga tiket dari Kota Kupang cukup mahal sekitar satu jutaan, namun jika dari daerah lain hanya sekitar 300an ribu karena disubsidi oleh Pemda. Pilihan lainnya dengan menggunakan Kapal Cantika dari Pelabuhan Tenau Kupang, dengan tarif Rp. 250K yang biasanya berangkat jam 22.00 WITA. Lamanya perjalanan sekitar 10 jam, tersedia juga fasilitas kamar VIP dengan harga sewa kamar Rp. 500K. Berhubung saya bepergian di masa pandemic sehingga harus menunjukan Rapid Antigen pada tempat yang diakui oleh Dinas Kesehatan Kota Kupang, disarankan untuk Rapid di Klinik Kimia Farma Herwila dengan harga Rp. 85.000. Sementara untuk kembali saya menggunakan Kapal yang sama dengan tarif Rp. 252K dari Pelabuahan Seba yang berangkat pukul 20.00 WITA dan Tiba di Pelabuhan Tenau Kupang 07.00 WITA. Jadwal kapal baik dari Kupang atau Sabu hanya ada setiap hari Senin, Rabu, Jumat. Biaya Rapid di Sabu Rp. 150.000.















PATUHI PROKES COVID-19

LET'S VISIT AND KEEP CLEAN !!!!

Follow MY IG : Nyonggalang





Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search