Pesona
Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur tak dipungkiri mampu menghipnotis dan menjelma menjadi salah satu primadona di
Indonesia, selain Bali. Beberapa objek wisata yang menjadi bagian dari pulau
ini dikenal luas seperti Pulau Padar, Komodo, Pink Beach dan Danau Kelimutu.
Namun, ada juga beberapa yang belum cukup dikenal seperti Danau Waibelen atau disebut
juga Danau Asmara yang terletak di ujung timur Nusa Bunga (Pulau Flores).
Terletak di daerah Waibao, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur,
NTT. Jaraknya sekitar 1 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi
dengan akses jalan yang cukup baik. Jalannya beraspal sempit dengan beberapa
tikungan serta beberapa bagian berlubang akan anda lalui. Dari kota setelah
Bandara Gewayantana ambil belokan menuju arah kanan melewati daerah pinggiran
pantai dan jalanan yang banyak ditumbuhi pepohonan seperti Mangrove, Kelapa,
Pisang dan Mete. Ambil jalanan lurus hingga menemukan tugu selamat datang,
beberapa ratus meter dari tugu, tepatnya pada sebuah tikungan parkir kendaraan
anda dan anda akan melihat objek ini pada sisi kiri. Terdapat sebuah bangunan
yang tampak tak berpenghuni dan spot foto bak menara yang terhubung pada salah satu
pohon untuk melihat panorama keseluruhan danau, sayangnya sudah rusak. Selanjutnya
kita harus berjalan kaki menurun melewati jalan rabat dan tanah sekitar 600
meter untuk mencapai pinggir danau.
Danau
ini awalnya bernama Waibelen yang terbentuk akibat letusan gunung Sodoberawao yang
membentuk kawah besar, kemudian terisi oleh air hujan yang tertampung membentuk
danau yang konon memiliki pusaran dan dihuni oleh banyak buaya. Wai dalam
bahasa setempat berarti Air dan Belen artinya luas atau besar. namun sekitar tahun 1970an mulai dikenal
dengan nama Danau Asmara. Penyebutan danau asmara karena memiliki kisah
tersendiri tentang pertentangan nilai (hubungan sedarah). Ada dua mudi-mudi
dari Desa Waibao, tepatnya dari Kampung Tangadei bernama Lio Kelen & Nela
Kelen yang menjalin hubungan asmara namun tak direstui karena memiliki hubungan
kekerabatan yang erat. Akhirnya mereka memutuskan untuk bunuh diri didanau
dengan cara melompat ke pusaran air. Setelah tiga hari kemudian jenasah mereka
ditemukan dalam keadaan utuh meskipun terdapat buaya didanau. Jenasah Nela
ditemukan menegadah keatas sementara Lio
tertelungkup kaku dengan wajah menghadap tanah. Sejak peristiwa ini, danau ini
lebih dikenal dengan nama Danau Asmara hingga sekarang.
Danau
ini menjadi salah satu sumber mata air bagi Kampung Keka, Tengadei, Riangpuho
dan Lebao. Buaya yang ada didanau, dipercaya sebagai jelmaan nenek moyang yang
tidak sembarang memangsa. Saat berkunjung dilarang untuk mengucapkan kata kotor
atau bersumpah serapah. Danau ini dikelilingi oleh pepohan sehingga sangat asri
dan sejuk dengan flora yang didominasi oleh burung air Titihan Australia. Saat
tiba dipinggiran danau, kita akan menemukan kelompok anak-anak yang asik
memancing dengan perlengkapan sederhana dari bambu. Saat ini sedang dalam
pengerjaan spot jembatan apung yang pengerjaannya sudah mencapai 80 % .
Akses
menuju Larantuka dari Kota Kupang dapat menggunakan kapal laut atau pesawat.
Jika menggunakan pesawat dari bandara El Tari (Koe) menuju bandara Gewayantana
(LKA) sekitar 55 menit dengan Wings Air, harga tiket sekitar 800an ribu rupiah.
Jika menggunakan kapal harganya Rp. 116.000 dari pelabuhan Bolok yang hampir
setiap hari ada pelayaran karena ada tiga armada kapal, namun yang lebih recommend
adalah Kapal Garda Maritim karena lebih unggul dalam kebersihan, dan fasilitas,
namun kantinnya tidak open 1X24 jam. Perjalanan laut memakan waktu sekitar
13-14 jam. Fasilitas pendukung yang tersedia cukup lengkap di Larantuka seperti
Hotel (Asa, Sunrise, Lestari, Tresna), tempat makan, gerai ATM, Pertamina.
Harga sewa kendaraan roda dua Rp. 50-100K/ hari sementara kendaraan roda empat
Rp. 600-800K/hari diluar bensin.
Dokumentasi, Desember 2021
PATUHI PROKES COVID-19
LET'S VISIT AND KEEP CLEAN !!!!
Follow MY IG : Nyonggalang
Posting Komentar