Selain keindahan wisata bahari ternyata di Pulau Rote,
Nusa Tenggara Timur juga memiliki salah satu lokasi bersejarah, hadirnya
Pendidikan dan Agama Kristen dititik selatan Indonesia. Sekitar tahun 1729 Manek Nusak Thie Foe
Mboera pergi belajar di Batavia yang sekarang dikenal sebagai Kota Jakarta
dengan menggunakan kapal “Sangga Ndolu” yang artinya mencari pengetahuan.
Disana beliau mempelajari Bahasa, Ilmu Pemerintahan, Agama Kristen, dan
Pengetahuan lainnya seperti Tukang, Pertanian, Perikanan dan Senjata Api. Beliau
dibaptis dengan nama Benjamin Messakh yang menjadi seorang Penginjil. Setelah
belajar sekitar tiga tahun, kembali ke Rote 1732 melakukan Pengembangan
Pendidikan Berbasis Masyarakat, dimana masyarakat diajari baca, tulis, dan
hitung. Injilpun mulai disebarkan di Nusak Thie dan berdampak luas pada Nusak sekitarnya.
Dalam melaksanakan kegiatan ini dibangun gedung yang didalamnya terdapat mimbar
dari batu yang masih ada hingga sekarang. Bangunan ini pernah direnovasi tahun
1994.
Meskipun saya asli orang Rote, namun keberadaan tempat
ini baru saya ketahui sekitar tahun 2020 melalui vidio promosi Disparbud Rote
Ndao. Ditahun itu beberapa kali melewati daerah ini namun baru ditahun 2021,
tepatnya tanggal 7 Januari, saya memutuskan untuk mencari tahu keberadaannya. Dari
Kota Ba’a memerluhkan waktu sekitar 40-50 menit berkendaraan pribadi menuju
daerah Oebou yang searah menuju Nemberala. Saat tiba dibelokan Pasar Batutua
ambil belokan kiri kedua terdapat papan petunjuk menuju Pelabuhan Oebou. Dari
cabang akses jalannya tidak begitu baik, namun masih tergolong aman untuk
kendaraan roda dua atau empat. Saat tiba dipertigaan ambil jalan menuju arah
kanan. Tepat disamping bangunan Gereja Zaitun terdapat belokan ke kiri melewati
beberapa rumah warga. Selanjutnya tak ada lagi rumah warga, hanya ada pepohonan
yang didominasi oleh pohon kusambi. Ambil jalan lurus terus, tiba dipertigaan
ambil belokan kekanan hingga menemukan bangunan pada sisi kanan.
Saat tiba, pandangan saya tertuju pada sebuah bangunan
yang sebagian besar dindingnya sudah rusak tanpa pintu, bahkan lantainya
berserakan kotoran kambing. Dalam bangunan bersejarah ini terdapat mimbar dari
batu pada bagian pintu masuk dan sebuah mimbar kayu yang terkesan tak terurus.
Pada bagian belakang terdapat dua ruang yakni kamar mandi dan ruang lain yang
berukuran lebih kecil dari ruang utama. Pada ruang belakang terdapat prasasti
dari semen yang berisikan tulisan “ PGRI Cabang Rote Barat Daya – Fiulain – Alamat
pertama Murid dan Guru diabad silam sebelum sekolah berkembang di NTT – Bakti
dan perannya patut dikenang meski terpencil –Barisan Guru Republik Indonesia
mengagumi sejarahmu – 13 November 1986. Cukup disayangkan, bangunan dengan
nilai historis tinggi ini tak terurus.
Karena masih ada jalan lurus, membuat saya penasaran walau sebenarnya saya merasakan ada aura berbeda ditempat ini. Setelah berkendara sekitar 3 menit ternyata jalannya berakhir dipinggir pantai. View pantainya sangat indah, dengan beberapa perahu nelayan tertambat disini. Ada juga beberapa pukat yang tergantung didahan pepohonan sementara mata saya tertuju pada sisi lain dimana pada salah satu batu tepat dipinggir laut berdiri kokoh tiang salib. Sayapun melangkahkan kaki untuk mendekat, dan ternyata pada bagian ini juga terdapat prasasti Yubelium GMIT 1 Oktober 1997 yang ditadatangani oleh Ketua Sinode GMIT Pdt. DR. B. Fobia dan Wakil Gubernur NTT, Piet A. Tallo, SH. Batu tempat didirikannya salib dari bahan besi ini disebut batu Dedeo. Dari sini terlihat pelabuhan Oebou dan lanscape Pulau Landu Thie, daerah ini juga menjadi tempat pembudidayaan rumput laut. Tempat bersejarah ini termasuk dalam wilayah Desa Oebou, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao-NTT.
Dokumentasi, Januari 2022
PATUHI PROKES COVID-19
LET'S VISIT AND KEEP CLEAN !!!!
Follow MY IG : Nyonggalang
Posting Komentar