Desa
adat satu ini mulai dikenal semenjak masuk salah satu nominasi Anugerah Pesona
Indonesia tahun 2021 kategori Desa Adat Terpopuler. Tak berhenti disitu, bahkan
akhirnya meraih juara satu, mengalahkan 9 nomitor lain dalam kategori yang
sama. Terletak di desa Lewokluok, Kecamatan Demon Pagong, Kabupaten Flores
Timur, NTT. Diperluhkan waktu sekitar satu jam perjalanan dengan kendaraan
melalui jalan Trans Flores Larantuka-Maumere. Dari pinggir jalan umum setelah
pos polisi, ambil jalan belokaan kanan menanjak sekitar 5-8 menit. Keseluruhan
desa adat ini ditempati oleh 18 suku dari keturunan Lamaholot yang hidup
berdampingan. Saat tiba akan ada petugas yang mendampingi kita untuk menuju
rumah adat utama yang disebut Kokabale. Kokabale berada pada satu area yang
dikelilingi oleh beberapa rumah adat dan juga rumah warga yang beberapa
diantaranya terpatok plank papan nama suku. Keseluruhan bangunan adat
melambangkan nilai tertentu yang didalamnya terwakili dengan suku-suku yang
ada. Seluruh bagian rumah adat menggunakan bahan dari alam, seperti kayu,
rotan, atap dan bale-bale atau tempat duduk dari bambu. Tiang-tiang bangunan
terukir beragam motif dengan warna dasar hitam dan putih dengan menggunakan
pewarna alam yang sekaligus menjadi motif tenunan dari masing-masing suku. Pada
bagian atap tergantung alat music seperti gong dan tambur, sementara pada
bagian pinggir atap terdapat rahang hewan yang digunakan saat upacara adat.
Upacara
adat biasanya dilakukan setiap bulan Juli yang tanggalnya harus ganjil sesuai
kesepakatan bersama. Acara adat dilakukan selama tiga hari 3 malam yang diawali
dengan pembersihan dan penataan kokabale. Selanjutnya adalah ritual adat diarea
luar yang membentuk lingkaran yang pada bagian pinggir terdapat tempat duduk
yang akan ditempati oleh perwakilan dari masing-masing suku. Pada bagian tengah
terdapat area untuk menggantung hewan korban seperti babi dan kambing, hewan korban
ini dibiarkan selama sehari karena diyakini sebagai korban untuk leluhur.
Besoknya baru hewan korban dimasak tanpa bumbu untuk acara makan bersama dalam
rumah adat. Saat upacara adat akan dikeluarkan benda-benda pusaka suku yang
menjadi tonggak sejarah adanya desa Lewoklouk. Dikisahkan bahwa ada seorang
gadis dari suku ini yang dipersembahkan sehingga muncul mata air, kemudian warga
diminta untuk mengambil dua buah benda yang terapung diatas air. Dua benda yang
diambil adalah tali yang digunakan sebagai pengikat untuk menyadap lontar dan
kayu yang dipergunakan untuk memasak minuman arak khas Flores “moke”. Saat
dalam perjalanan dua benda ini berubah menjadi “gading dan Emas”. Itu sebabnya
dua benda ini hanya akan dikeluarkan setahun sekali saat acara adat.
Terdapat
beberapa area lain yang dapat dikujungi seperti pusat pembuatan tenun yang
berjarak sekitar 200 meter dari rumah adat, yang biasanya digunakan jika ada
acara atau kunjungan saja. Ada juga kumpulan untuk menikmati kuliner dan alat music
setempat yang biasanya dilakukan saat upacara adat atau atas permintaan khusus
dari pengunjung. Saat mengeliling kampung adat terdapat beberapa pondok yang
dijadikan tempat untuk memajang kain tenun dan kerajinan dari bahan dasar bamboo
dan anyaman dari bahan daun lontar. Kain tenun yang dijual memiliki ukuran yang
variatif dengan kisaran harga dari Rp. 150.000 sementara anyaman dan kerajinan
dari bamboo seperti topi, bingkai foto start dari harga Rp. 100.000. Saat ini
tidak ada tarif yang pasti sehingga kita bisa membayar seikhlasnya untuk orang
mendampingi kita. Kunjungan kali ini saya juga mencoba memakai pakain adat setempat untuk berfoto
dengan tariff seikhlasnya.
Akses
menuju Larantuka dari Kota Kupang dapat menggunakan kapal laut atau pesawat.
Jika menggunakan pesawat dari bandara El Tari (Koe) menuju bandara Gewayantana
(LKA) sekitar 55 menit dengan Wings Air, harga tiket sekitar 800an ribu rupiah.
Jika menggunakan kapal harganya Rp. 116.000 dari pelabuhan Bolok yang hampir
setiap hari ada pelayaran karena ada tiga armada kapal, namun yang lebih
recommend adalah Kapal Garda Maritim karena lebih unggul dalam kebersihan, dan
fasilitas, namun kantinnya tidak open 1X24 jam. Perjalanan laut memakan waktu
sekitar 13-14 jam. Fasilitas pendukung yang tersedia cukup lengkap di Larantuka
seperti Hotel (Asa, Sunrise, Lestari, Tresna), tempat makan, gerai ATM,
Pertamina. Harga sewa kendaraan roda dua Rp. 50-100K/ hari sementara kendaraan
roda empat Rp. 600-800K/hari diluar bensin.
Dokumentasi, Desember 2021
PATUHI PROKES COVID-19
LET'S VISIT AND KEEP CLEAN !!!!
Follow MY IG : Nyonggalang
Posting Komentar