Senin, 20 Desember 2021

DESA ADAT LEWOKLUOK, KABUPATEN FLORES TIMUR-NTT

 

Desa adat satu ini mulai dikenal semenjak masuk salah satu nominasi Anugerah Pesona Indonesia tahun 2021 kategori Desa Adat Terpopuler. Tak berhenti disitu, bahkan akhirnya meraih juara satu, mengalahkan 9 nomitor lain dalam kategori yang sama. Terletak di desa Lewokluok, Kecamatan Demon Pagong, Kabupaten Flores Timur, NTT. Diperluhkan waktu sekitar satu jam perjalanan dengan kendaraan melalui jalan Trans Flores Larantuka-Maumere. Dari pinggir jalan umum setelah pos polisi, ambil jalan belokaan kanan menanjak sekitar 5-8 menit. Keseluruhan desa adat ini ditempati oleh 18 suku dari keturunan Lamaholot yang hidup berdampingan. Saat tiba akan ada petugas yang mendampingi kita untuk menuju rumah adat utama yang disebut Kokabale. Kokabale berada pada satu area yang dikelilingi oleh beberapa rumah adat dan juga rumah warga yang beberapa diantaranya terpatok plank papan nama suku. Keseluruhan bangunan adat melambangkan nilai tertentu yang didalamnya terwakili dengan suku-suku yang ada. Seluruh bagian rumah adat menggunakan bahan dari alam, seperti kayu, rotan, atap dan bale-bale atau tempat duduk dari bambu. Tiang-tiang bangunan terukir beragam motif dengan warna dasar hitam dan putih dengan menggunakan pewarna alam yang sekaligus menjadi motif tenunan dari masing-masing suku. Pada bagian atap tergantung alat music seperti gong dan tambur, sementara pada bagian pinggir atap terdapat rahang hewan yang digunakan saat upacara adat.

Upacara adat biasanya dilakukan setiap bulan Juli yang tanggalnya harus ganjil sesuai kesepakatan bersama. Acara adat dilakukan selama tiga hari 3 malam yang diawali dengan pembersihan dan penataan kokabale. Selanjutnya adalah ritual adat diarea luar yang membentuk lingkaran yang pada bagian pinggir terdapat tempat duduk yang akan ditempati oleh perwakilan dari masing-masing suku. Pada bagian tengah terdapat area untuk menggantung hewan korban seperti babi dan kambing, hewan korban ini dibiarkan selama sehari karena diyakini sebagai korban untuk leluhur. Besoknya baru hewan korban dimasak tanpa bumbu untuk acara makan bersama dalam rumah adat. Saat upacara adat akan dikeluarkan benda-benda pusaka suku yang menjadi tonggak sejarah adanya desa Lewoklouk. Dikisahkan bahwa ada seorang gadis dari suku ini yang dipersembahkan sehingga muncul mata air, kemudian warga diminta untuk mengambil dua buah benda yang terapung diatas air. Dua benda yang diambil adalah tali yang digunakan sebagai pengikat untuk menyadap lontar dan kayu yang dipergunakan untuk memasak minuman arak khas Flores “moke”. Saat dalam perjalanan dua benda ini berubah menjadi “gading dan Emas”. Itu sebabnya dua benda ini hanya akan dikeluarkan setahun sekali saat acara adat.

Terdapat beberapa area lain yang dapat dikujungi seperti pusat pembuatan tenun yang berjarak sekitar 200 meter dari rumah adat, yang biasanya digunakan jika ada acara atau kunjungan saja. Ada juga kumpulan untuk menikmati kuliner dan alat music setempat yang biasanya dilakukan saat upacara adat atau atas permintaan khusus dari pengunjung. Saat mengeliling kampung adat terdapat beberapa pondok yang dijadikan tempat untuk memajang kain tenun dan kerajinan dari bahan dasar bamboo dan anyaman dari bahan daun lontar. Kain tenun yang dijual memiliki ukuran yang variatif dengan kisaran harga dari Rp. 150.000 sementara anyaman dan kerajinan dari bamboo seperti topi, bingkai foto start dari harga Rp. 100.000. Saat ini tidak ada tarif yang pasti sehingga kita bisa membayar seikhlasnya untuk orang mendampingi kita. Kunjungan kali ini saya juga mencoba  memakai pakain adat setempat untuk berfoto dengan tariff seikhlasnya.

Akses menuju Larantuka dari Kota Kupang dapat menggunakan kapal laut atau pesawat. Jika menggunakan pesawat dari bandara El Tari (Koe) menuju bandara Gewayantana (LKA) sekitar 55 menit dengan Wings Air, harga tiket sekitar 800an ribu rupiah. Jika menggunakan kapal harganya Rp. 116.000 dari pelabuhan Bolok yang hampir setiap hari ada pelayaran karena ada tiga armada kapal, namun yang lebih recommend adalah Kapal Garda Maritim karena lebih unggul dalam kebersihan, dan fasilitas, namun kantinnya tidak open 1X24 jam. Perjalanan laut memakan waktu sekitar 13-14 jam. Fasilitas pendukung yang tersedia cukup lengkap di Larantuka seperti Hotel (Asa, Sunrise, Lestari, Tresna), tempat makan, gerai ATM, Pertamina. Harga sewa kendaraan roda dua Rp. 50-100K/ hari sementara kendaraan roda empat Rp. 600-800K/hari diluar bensin.






Dokumentasi, Desember 2021

PATUHI PROKES COVID-19

LET'S VISIT AND KEEP CLEAN !!!!

Follow MY IG : Nyonggalang

 

 

 

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search