Ini adalah kali kedua berkunjung ke salah satu objek wisata pantai
satu ini, namanya Rai Mea. Pantai ini cukup terkenal karena keunikannya, dimana
pada beberapa bagian pinggir pantai terdapat tebing berwarna coklat kemerahan.
Garis pantainya berpasir putih cukup panjang, dengan air laut yang cukup
tenang. Ada beberapa aktivitas lain yang menjadi pilihan selain berfoto dan
berenang, yakni melihat aktivitas nelayan rumput laut dan pembuat garam
tradisional. Ini kali pertama saya melihat proses pengeringan rumput laut
disini. Tak seperti ditempat lain yang biasanya dibuat lapak untuk menjemur,
disini rumput lautnya digantung sehingga menjuntai turun dari atas kebawah.
Garam tradisonal dibuat dengan cara memasukan air laut kedalam cangkang kerang
berukuran besar dan dibiarkan selama kurang lebih dua minggu untuk menjadi
kristal garam dengan bantuan cahaya matahari.
Letaknya di desa Loborai, Kecamatan Sabu Timur, Kabupaten Sabu
Raijua, NTT. Lokasi ini sempat dijadikan salah satu lokasi Festival Kelabba
Madja 9-12 September 2019, sehingga mengalami beberapa penataan seperti
hadirnya beberapa lopo dan spot foto pada bagian atas yang saat ini sudah mulai
rusak. Pada beberapa bagian juga terdapat tugu sederhana dan toilet yang
terkesan mulai tak terurus. Untuk melihat pantai kita harus berjalan kaki
sekitar 3-5 menit menuju arah kiri melewati tangga sederhana yang memudahkan
akses turun. Berjalan kearah kanan mata anda langsung dimanjakan denga tebing
kapur berwrnanya, semakin ke ujung terdapat hamparan batuan karang. Jika ingin
melihat hamparang kerang kima untuk pembuatan garam dan aktivitas nelayan
rumput laut berjalnnlah kearah kanan, dekat sejumlah rumah sederhana beratapkan
daun. Jarak pantai ini sekitar 26 KM atau sekitar 40 menit berkendaraan pribadi
baik roda dua atau empat dari Kota. Akses jalan umumnya sangat baik, sementara
jalan masuknya belum beraspal. Tidak ada penjual makanan, jadi sebaiknya
siapkan bekal anda sebelumnya. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pukul
11.00-15.00 WITA.
Bagi yang pertama kali berkunjung ke Sabu, sudah tersedia beberapa
pilihan penginapan dan homestay. Sebaiknya bawalah uang tunai yang cukup karena
harus melakukan transaksi tunai dan ATM yang tersedia kadang tak dapat
digunakan. Harga bahan bakarnya juga cukup mahal Rp. 20.000-25.000/botol. Untuk
akses menuju Pulau Sabu sendiri dapat menggunakan akses laut atau udara. Akses
Udara dengan menggunakan pesawat Dimonim Air dari Kota Kupang, Rote Ndao, atau
Waingapu, Sumba Timur. Harga tiket dari Kota Kupang cukup mahal sekitar satu
jutaan, namun jika dari daerah lain hanya sekitar 300an ribu karena disubsidi
oleh Pemda. Pilihan lainnya dengan menggunakan Kapal Cantika dari Pelabuhan
Tenau Kupang, dengan tarif Rp. 250K yang biasanya berangkat jam 22.00 WITA.
Lamanya perjalanan sekitar 10 jam, tersedia juga fasilitas kamar VIP dengan
harga sewa kamar Rp. 500K. Berhubung saya bepergian di masa pandemic
sehingga harus menunjukan Rapid Antigen pada tempat yang diakui oleh Dinas
Kesehatan Kota Kupang, disarankan untuk Rapid di Klinik Kimia Farma Herwila
dengan harga Rp. 85.000. Sementara untuk kembali saya menggunakan Kapal yang
sama dengan tarif Rp. 252K dari Pelabuahan Seba yang berangkat pukul 20.00 WITA
dan Tiba di Pelabuhan Tenau Kupang 07.00 WITA. Jadwal kapal baik dari Kupang atau
Sabu hanya ada setiap hari Senin, Rabu, Jumat. Biaya Rapid di Sabu Rp. 150.000.
Waktu terbaik untuk berkunjung ke Sabu adalah pada bulan Maret hingga November.
PATUHI PROKES COVID-19
LET'S VISIT AND KEEP CLEAN !!!!
Follow MY IG : Nyonggalang
Posting Komentar