Kamis, 17 Maret 2022

GUNUNG MUTIS, PERBATASAN KABUPATEN TTS-TTU, NUSA TENGGARA TIMUR

 

Gunung Mutis merupakan gunung tertinggi di wilayah Timor Barat, NTT dengan ketinggian 2.458 meter di atas permukaan air laut yang sekaligus termasuk dalam wilayah Cagar Alam Mutis. Menjadi sumber mata air bagi tiga daerah aliran sungai besar di Pulau Timor yakni Noelmina, Noel Banain dibagian selatan dan Noel Fail bagian utara. Memiliki tiga puncak yakni Nuaf Muna, Nuaf Nefomasi dan Nuaf Nupala. Suhu udaranya dari 14 hingga 29 derajat celcius, namun saat bulan juli hingga pertengahan agustus, cuacanya cukup ekstrim, bisa mencapai 9 derajat celcius. Terdapat begitu banyak vegetasi hutan homogen dataran tinggi yang didominasi oleh pohon ampupu. Mutis dikenal sebagai tempat peradapan suku “Atoin Meto” atau orang asli Timor sebagai suku tertua. Di sinilah para Raja atau “Usif” membahas dan membagi wilayah kekuasaan masing-masing, dan setelah semua mendapat wilayah mereka menyebut Mutis yang berarti lengkap. Gunung Mutis sendiri terletak dalam dua wilayah yakni Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Perjalanan untuk mendaki dimulai dari Kota Kupang dengan personil berjumlah 12 orang menggunkan tiga kendaraan roda empat. Cuaca cerah seolah mendukung perjalanan kami untuk menuju Cagar Alam Mutis yang menjadi salah satu pintu masuk Mutis. Perjalanan memakan waktu sekitar 3-4 jam dari Kota Kupang hingga tiba di Cagar Alam Mutis yang terletak di wilayah Fatumnasi. Selanjutnya ambil jalur belokan ke arah kanan menuju Padang Sabana Satu, berhubung jalur jalannya tidak begitu baik untuk dilewati kendaraan dan banyak pepohonan tumbang menghalangi jalan, kami harus berjalan kaki sekitar 20-30 menit sambil membawa perlengkapan berkemah. View pepohonan yang menjulang tinggi berhiaskan tumbuhan tingkat rendah seperti lumut menemani sepanjang jalan, bahkan beberapa kali kami berhenti untuk mengambil gambar. Sekitar 100 meter sebelum tiba di padang satu mulai terlihat kabut dengan cuaca dingin mulai terasa. Begitu tiba, kami langsung mendirikan tenda dan mengumpulkan kayu bakar untuk dijadikan api unggun. Semakin gelap, cuaca juga makin dingin ditambah hembusan angin, membuat kami semua duduk didekat api untuk menghangatkan diri sambil menikmati jagung bakar, beberapa ada juga yang membuat minum dan pop mie. Bara api yang semakin banyak terkumpul kami gunakan untuk membakar ayam yang sudah dipersiapkan dari Kupang sebagai menu makan malam.

Saat subuh pukul 04.25 kami memulai perjalanan dari padang satu tempat kami berkemah dengan personil berjumlah 9 orang dengan tujuan utama puncak. Menyusuri rawah, mengintari perbukitan dan tebing dalam suasana masih gelap dan dingin, membuat kami sempat nyasar sebelum akhirnya tiba di Padang Sabana dua. Kami beristirahat sebentar untuk memulihkan tenaga sambil bergantian mengambil gambar dan vidio. View dipadang dua juga cukup menarik dengan padang sabana dan pepohonannya, jarak normalnya sekitar 30 menit berjalan kaki dari Padang Sabanana satu. Saat terang jalan setapaknya terlihat cukup jelas, namun saat gelap pastikan selalu mengambil pilihan jalur kanan saat naik.

Selanjutnya kita harus berjalan kaki sekitar 20-25 menit untuk mencapai padang sabana tiga dengan jalan sedikit lebih mudah dibanding sebelumnya. Sabananya tidak terlalu luas, namun yang membedakannya dari sini kita bisa mengambil gambar beralatarkan puncak gunung yang terlihat cukup jelas. Melanjutkan perjalanan menuju puncak memakan waktu cukup lama sekitar 120-150 menit dengan medan yang semakin menanjak. Perjalanan menuju puncak sungguh menguras energi, jadi pastikan memiliki fisik dan mental serta persediaan bekal makanan dan minum yang cukup.  Sepanjang jalan terdapat pepohonan menjulang tinggi, ada juga seperti pohon bonsai dengan ranting meliuk memesona dengan batang berselimut lumut dan tumbuhan tingkat rendah lainnya. Semakin ke atas kabut semakin tebal bahkan membentuk butiran air bak hujan. Di puncak terdapat sebuah tugu yang sisi kirinya curam, terdapat beberapa plakat nama beberapa komunitas pendaki. Cuacanya dipuncak benar-benar sangat dingin sehingga kami tak terlalu berlama-lama di sana. Total perjalanan dari padang sabana satu hingga puncak sekitar 4,73 KM dengan total waktu kurang lebih 3 - 4 jam berjalan kaki. Saat kembali kami mampir di Lopo Mutis tempat Bapak Matheos Anin penjaga Mutis, di sini kami membayar biaya masuk Cagar per orang Rp. 5.000 dan Kendaraan roda dua Rp. 10.000.
















PATUHI PROKES COVID-19

LET'S VISIT AND KEEP CLEAN !!!!

Follow MY IG : Nyonggalang

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search